Jakarta, Sumol - Utang luar negeri pemerintah pada tiga bulan pertama 2025 naik 7,6 persen secara year on year. Bank Indonesia melaporkan posisi utang luar negeri Indonesia pada triwulan pertama 2025 mencapai 430,4 miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 7.144,6 triliun. Angka ini naik 6,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Secara tahunan ULN Indonesia tumbuh sebesar 6,4 persen. Lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV 2024 sebesar 4,3 persen," kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, Kamis (15/05/2025).
Porsi utang luar negeri pemerintah pada periode tersebut sebesar 206,9 miliar dolar Amerika Serikat atau tumbuh 7,6 persen secara year on year. Angka utang luar negeri pemerintah ini naik 3,3 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.
Utang luar negeri pemerintah dimanfaatkan untuk membiayai berbagai sektor strategis. Porsi terbesar digunakan untuk jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 22,4 persen, disusul administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 18,5 persen. Sektor pendidikan, konstruksi, serta transportasi dan pergudangan juga mendapat bagian.
Penyusutan utang luar negeri sektor swasta terutama terjadi pada sektor nonlembaga keuangan, yang mencatat kontraksi 0,9 persen, meski ini lebih kecil dibanding triwulan sebelumnya yang menyusut 1,7 persen.
Empat sektor menjadi penopang utama utang luar negersi swasta di antaranya untuk industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik dan gas, serta pertambangan dan penggalian. Keempatnya menyumbang 79,6 persen dari total utang luar negeri swasta. Sama seperti pemerintah, utang luar negeri swasta juga mayoritas jangka panjang dengan porsi 76,4 persen.
BI menilai rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terjaga sebesar 30,6 persen. ULN Indonesia juga masih didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 84,7 dari total ULN. (UPL)