SumutOnline Advertise

Menag Nasaruddin Umar Ziarah ke Makam Paus Fransiskus di Roma


Roma, Sumol - Suasana hening menyelimuti Basilika St. Maria Maggiore, Roma, Senin pagi (27/10/2025). Di tengah barisan peziarah, Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI) Nasaruddin Umar melangkah perlahan menuju makam Paus Fransiskus, sosok yang disebutnya sebagai “sahabat dalam iman dan kemanusiaan”.

Didampingi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Takhta Suci, Michael Trias Kuncahyono, Menteri Nasaruddin mendapat izin khusus untuk mendekat langsung ke pusara Paus Fransiskus sebuah kehormatan yang bahkan jarang diberikan kepada pejabat tinggi Gereja Katolik.

Dengan penuh haru, Menag Nasaruddin meletakkan rosario berwarna biru-hijau di atas nisan sederhana bertuliskan satu kata: “Franciscus.”

“Saya sangat bersyukur dan terharu diperbolehkan mendekat ke makam. Bahkan mengusapnya,” ujar Menteri Nasaruddin dalam siaran persnya yang diterima SumutOnline, Selasa (28/10/2025).

Kunjungan ini dilakukan di sela-sela Pertemuan Internasional untuk Perdamaian yang diselenggarakan oleh Komunitas Sant’ Egidio di Roma. Acara tersebut turut dihadiri oleh Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla, serta sejumlah pemimpin lintas agama dunia.

Ziarah ini bukan sekadar kunjungan simbolis. Bagi Nasaruddin Umar, Paus Fransiskus adalah pribadi yang dekat dan bersahabat, jauh sebelum berpulang pada 21 April 2025.

Kedekatan keduanya telah terjalin lama, terutama sejak kunjungan Paus Fransiskus ke Masjid Istiqlal Jakarta pada 5 September 2024, ketika keduanya menandatangani Deklarasi Istiqlal — dokumen yang menegaskan komitmen perdamaian dan persaudaraan lintas agama.

Deklarasi Istiqlal menjadi kelanjutan dari Document on Human Fraternity for World Peace and Common Coexistence atau Dokumen Abu Dhabi, yang sebelumnya ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Ahmed el-Tayed, di Abu Dhabi.

Dalam kunjungannya ke Masjid Istiqlal, Paus Fransiskus mengucapkan kalimat yang kini dikenang oleh banyak orang. “Saya senang berada di sini, di masjid terbesar di Asia Tenggara, bersama Anda semua.”

Kala itu, Paus juga meninjau Terowongan Silaturahim yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Katedral St. Maria Asumpta. Terowongan ini dibangun atas gagasan Nasaruddin Umar, simbol konkret toleransi dan persaudaraan antarumat beragama di jantung ibu kota Indonesia. “Tugas kita adalah membantu semua orang melewati terowongan menuju terang,” ujar Paus Fransiskus kala itu.

Bagi Nasaruddin Umar, ziarah ke makam Paus Fransiskus di Roma bukan hanya bentuk penghormatan kepada seorang pemimpin agama dunia, melainkan juga tanda komitmen Indonesia menjaga nilai kemanusiaan universal. “Terowongan Silaturahim yang kami bangun di Jakarta kini terasa seperti simbol yang hidup dua tempat ibadah agung yang tidak hanya berhadapan, tapi juga terhubung. Kami berjalan bersama menuju terang,” ujarnya.

Ziarah itu menegaskan semangat dialog lintas iman yang selama ini menjadi fokus diplomasi keagamaan Indonesia, di mana perdamaian dan persaudaraan lebih tinggi nilainya daripada perbedaan teologis.

Usai berziarah ke Basilika St. Maria Maggiore, Menag Nasaruddin melanjutkan kunjungan ke Basilika St. Petrus di Vatikan, gereja utama umat Katolik dunia.

Bangunan megah ini memiliki sejarah panjang. Awalnya dibangun pada abad ke-4 oleh Kaisar Konstantinus di atas makam Rasul Petrus. Basilika baru kemudian didirikan pada abad ke-16 oleh arsitek besar Donato Bramante, Rafael Sanzio, Michelangelo, dan Bernini.

Di tengah ratusan peziarah Yubelium, Nasaruddin tampak mengagumi keindahan fresko dan patung-patung karya seniman Renaisans, sembari mendengarkan penjelasan dari Dubes RI untuk Takhta Suci tentang sejarah dan makna spiritual basilika tersebut.

Ziarah ke makam Paus Fransiskus ini menjadi momen refleksi lintas agama yang sarat makna. Dalam pandangan Nasaruddin Umar, hubungan antariman bukanlah ruang untuk perdebatan, melainkan pertemuan hati dalam nilai kemanusiaan yang sama. “Paus Fransiskus telah mengajarkan bahwa iman sejati melahirkan kasih, bukan permusuhan. Itulah nilai yang saya bawa dari makam beliau,” kata Menag Nasaruddin menutup kunjungannya. (UPL)
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال