Binjai, Sumol - MABMI (Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia) Kota Binjai mengadakan kegiatan untuk mengajarkan generasi muda tentang tanjak dan tengkulok. Kepala Dinas Pariwisata Kota Binjai Zulfan, ST., MM, menghadiri sekaligus membuka secara resmi kegiatan Sembang Budaya, Workshop Pengenalan dan Mengarang Destar, Tengkulok, dan Tanjak Kota Binjai Tahun 2025 berlangsung di Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Kota Binjai, Sabtu (22/11/2025).
Tanjak adalah penutup kepala pria Melayu yang melambangkan kehormatan, kewibawaan, dan identitas budaya, sementara tengkulok adalah penutup kepala serupa yang biasanya lebih formal, terbuat dari kain berkualitas baik dengan banyak lipatan dan lapisan.
Kata 'tanjak' berasal dari bahasa Melayu 'tanjak' atau 'nanjak', yang berarti naik atau menjulang ke tempat yang tinggi. Dari nama itulah tanjak dibuat menjulang tinggi dengan ujung yang meninggi berbentuk segitiga. Dengan kata lain, kata 'tanjak' bukan merupakan singkatan dari tanah yang dipijak, tetapi menunjukkan sesuatu yang ditinggikan bukan direndahkan. Tanjak memiliki beberapa syarat, salah satunya terbuat dari kain. Kain yang digunakan adalah kaing songket, angkinan, pardo, dan batik.
“Saya sangat mengapresiasi acara ini karena menjadi momen berharga bagi kita untuk mengenal lebih dalam dan terus mengingat adat istiadat kita. Saya berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi acara seremonial, tetapi mampu menanamkan kecintaan terhadap budaya dan adat bagi kita semua. Semoga ke depannya kegiatan seperti ini semakin berkembang dan semakin dikenal oleh masyarakat luas,” kata Zulfan.
Workshop ini diikuti oleh pelajar, mahasiswa, serta peserta dari berbagai kalangan umum dan organisasi, termasuk Persatuan Pemuda Melayu dan komunitas pecinta budaya lainnya. Para peserta mendapatkan pemahaman mengenai sejarah, filosofi, hingga teknik mengarang destar, tengkulok, dan tanjak sebagai bagian dari identitas budaya Melayu.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi ruang edukasi sekaligus pelestarian warisan budaya, agar generasi muda semakin memahami dan mencintai tradisi yang menjadi jati diri masyarakat Melayu di Kota Binjai. (YP)

