Bandung, Sumol - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menggelar Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 pada 7-9 Agustus 2025 di Sasana Budaya Ganesa (Sabuga) Institut Teknologi Bandung (ITB). Beberapa tokoh hadir sebagai pembicara dalam KSTI 2025 antara lain Konstantin Novoselov, Brian Paul Schmidt, Chennupati Jagadish, Lam Khin Yong.
Konstantin Novoselov (lahir 23 Agustus 1974) adalah seorang fisikawan warga negara Inggris dan Rusia yang mendapat Penghargaan Nobel Fisika tahun 2010 bersama Andre K. Geim untuk penemuan mereka di bidang material grafena (graphene).
Brian P. Schmidt atau Brian Schmidt (lahir 24 Februari 1967) adalah seorang fisikawan warga negara Australia-Amerika Serikat yang mendapat Penghargaan Nobel Fisika tahun 2011 bersama Saul Perlmutter dan Adam G. Riess untuk penemuan ekspansi percepatan dari alam semesta melalui pengamatan supernova yang berjarak jauh.
Chennupati Jagadish AC (lahir 1957), seorang fisikawan dan akademisi India - Australia , adalah Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Australia , dan Profesor Emeritus Fisika di Sekolah Riset Fisika Universitas Nasional Australia . Ia adalah kepala Grup Optoelektronika Semikonduktor dan Nanoteknologi yang didirikannya pada tahun 1990. Ia juga merupakan Ketua Jaringan Nanoteknologi Australia dan Direktur Australian National Fabrication Facility (ACT Node).
Profesor Lam Khin Yong mengawasi dan mendorong kemitraan industri di Nanyang Technological University Singapura sebagai Wakil Presiden (Industri) pertamanya. Sebelumnya, sebagai Wakil Presiden Senior (Riset) (2014-2022), beliau memimpin penelitian dan implementasinya di seluruh universitas.
Mengusung tema “Sains dan Teknologi untuk Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi”, KSTI 2025, dihadiri oleh 1.066 peneliti unggul Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM) dari seluruh Indonesia; 401 Rektor dan Wakil Rektor Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS), serta LLDikti se-Indonesia; 351 Dosen STEM di Jawa Barat dan Jakarta; 26 Diaspora Indonesia; 150 Guru Besar dan Senat ITB; 297 dari 18 Kementerian/Lembaga; 15 BUMN/Danantara, 171 Mahasiswa Doktor STEM dan 74 mahasiswa lainnya; dan 54 mitra industri yang terkait riset dan perguruan tinggi.
Presiden Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto hadir menjadi pembicara utama dalam agenda KSTI 2025. Presiden RI mengapresiasi dan memotivasi para ilmuwan untuk turut andil dalam kebangkitan Indonesia menjadi negara berdaulat.
Presiden Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8% dalam lima tahun ke depan, melalui strategi industrialisasi nasional yang bertumpu pada hilirisasi, penguasaan teknologi, dan penguatan Sumber Daya Manusia (SDM). Visi ini sejalan dengan Asta Cita ke-4 yaitu “Memperkuat pembangunan SDM, sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas” dan Asta Cita ke-5, yaitu “Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.”
Presiden Prabowo Subianto mengawali kegiatannya di Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) Tahun 2025 dengan mengunjungi sejumlah pameran inovasi teknologi unggulan nasional di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Institut Teknologi Bandung (ITB), Provinsi Jawa Barat, pada Kamis, 7 Agustus 2025. Setibanya di lokasi, Presiden Prabowo langsung meninjau pameran yang menampilkan berbagai capaian dan terobosan di delapan sektor prioritas nasional, antara lain energi, pertahanan, digitalisasi (kecerdasan buatan dan semikonduktor), hilirisasi, kesehatan, pangan, maritim, serta material dan manufaktur maju.
Salah satu peserta pameran, PT Pertamina (Persero), menampilkan berbagai inovasi di sektor energi, termasuk Katalis Merah Putih dan rig pengeboran migas buatan anak bangsa. Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menegaskan bahwa kehadiran Presiden Prabowo di konvensi ini menjadi bentuk dukungan nyata terhadap pengembangan teknologi nasional. (UPL)